Program Pengurangan Resiko Bencana

Indonesia sebagai sebuah negeri yang rawan terhadap bencana sudah tidak bisa dibantah lagi. Kondisi dan posisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis telah membuktikan itu, walaupun posisi dan kondisi tersebut juga memberikan kelimpahan sumber daya alam. Kerawanan Indonesia terhadap bencana sebenarnya sudah diketahui sejak lama, tapi perhatian terhadap pengurangan resikonya, bisa dikatakan datangnya terlambat. Pemerintah maupun aparat Negara lainnya, baru dalam satu dasawarsa ini menyadari pentinganya melakukan tindakan bagi pengurangan risiko bencana, misalnya dengan membuat Undang-undang tentang Penanggulangan Bencana di tahun 2007. Setelah itu dibentuklah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di daerah-daerah.

Kesadaran yang muncul dari Negara bahkan dunia internasional terhadap isu Pengurangan Resiko Bencana (PRB) sekarang ini tentu harus disyukuri, tapi ada hal-hal yang kita punyai tetapi belum sepenuhnya disyukuri dengan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, yakni pengetahuan dan pengalaman warga atau komunitas akar rumput di negeri ini yang terkait dengan PRB. Pengetahuan tersebut kadang muncul dalam cerita-cerita atau dongeng, lagu-lagu, bahkan upacara-upacara. Tapi ada pula yang terpendam dalam ingatan, sehingga baru muncul ketika ada pihak yang mencoba menggalinya. Pengetahuan-pengetahuan inilah yang menyelamatkan mereka kala bencana terjadi, Tetapi ada pula pengetahuan itu belum muncul dan perlu diciptakan di tengah-tengah komunitas, atau belajar dari komunitas lain yang sudah mempunyai dan mempraktekkan pengetahuan tersebut, khususnya di komunitas miskin perkotaan.

Pengetahuan dan pengalaman warga sehari-hari yang menyelamatkan mereka dari bencana ini perlu digali, diidentifikasi, dikumpulkan, dikembangkan, dan kemudian disebarkan ke masyarakat luas, agar semua orang bisa belajar dari pengetahuan dan pengalaman ini. Penyebaran bisa dilakukan dengan media-media tradisional maupun dengan media-media sosial yang berkembang akhir-akhir ini. Pengetahuan dan pengalaman ini perlu juga untuk direspon oleh pembuat kebijakan, di tingkat nasional maupun lokal, untuk dimasukkan dalam sebuah kebijakan agar pengarusutamaan pengetahuan lokal dalam PRB terjadi dengan baik. Jika hal ini bisa dilakukan dengan baik, maka kita punya harapan dalam meminimalisir resiko bencana sampai tingkat yang paling rendah. Dan inilah yang menjadi inti dari program Pengurangan Risiko Bencana yang dilakukan UPC.