Sejak 2010, Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Jakarta bersama warga membentuk dan mengelola Kelompok Belajar Anak (KBA) secara mandiri yang cikal bakalnya sudah dimulai sejak tahun 2004 dengan penampingan langsung oleh aktivis UPC. KBA yang kesehariannya menggunakan balai warga di Muara Baru, Jakarta Utara, sebagai tempat belajar ini, telah menamatkan puluhan siswa usia pra sekolah. Ide dasar dari pembentukan KBA adalah, sebagai model pendidikan alternative bagi rakyat miskin kota, khususnya anak-anak dengan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sosial . Pada 26 juni 2015 kemarin, KBA Muara Baru kembali membuat tersebosan dengan mengadakan pendidikan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) bagi anak usia dini.
***
Muara Baru, merupakan kawasan pesisir Jakarta Utara yang setiap tahunnya menjadi langganan banjir. Padatnya kondisi pemukiman disertai kurangnya kepedulian pemerintah setempat dalam menata ruang semakin menambah kerawanan terhadap bencana. Hasil pemetaan PRB yang dilakukan pada Mei lalu, mengidentifikasi beberapa ancaman bencana yang ada di kampung Muara Baru, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yakni kebakaran, banjir dan penggusuran. Namun, dari kesemua ancaman tersebut, banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi dengan cakupan yang demikian luas.
Berangkat dari kondisi tersebut, JRMK Jakarta dan UPC yang bekerjasama dengan KOICA Korea untuk program pengurangan resiko bencana di kampung-kampung miskin kota, mengedukasi anak usia dini dengan pengetahuan pengurangan resiko bencana.
Adalah Amini dan Shinta, dua orang pengajar otodidak dari warga kampung Muara Baru sendiri, mencoba menyederhanakan pengetahuan kebencanaan agar dapat diserap oleh anak-anak. Dengan bantuan dari tim multimedia UPC, mereka mendesain materi kebencanaan dalam bentuk gambar, yang gambar tersebut diterrakan di atas media kardus atau kertas bekas. Dengan gambar atau media yang menarik, diharapkan dapat mengundang ketertarikan anak untuk menyimak dan mengingat materi pembelajaran yang disampaikan.
Banjir digunakan sebagai contoh kasus dalam materi pembelajaran, untuk melihat penyebab dan dampak juga terkait upaya yang bisa dilakukan saat menghadapi dan saat sebelum terjadi bencana banjir. Untuk penyebab banjir, disampaikan bahwa hilangnya ruang terbuka hijau atau wilayah penyerapan air karena dipenuhi bangunan real estate, apartemen, dan mall, dan tentu juga soal sampah yang menyumbat air mengalir dianggap sebagai penyebab utama yang semakin memperparah kondisi banjir.
Guna memperdalam pemahaman terhadap banjir, anak juga diperkenalkan soal alur hujan. Dengan demikian anak-anak diharapkan juga mulai menghargai air, karena kegunaannya yang demikian penting. Selain itu, puluhan anak peserta KBA juga sudah mulai menyerap beberapa contoh kegiatan pengurangan resiko banjir yang dapat dilakukan secara swadaya. JRMK berharap bahwa anak-anak kampung miskin kota dapat menjadi generasi masa depan yang memahami dan mampu mengambil tindakan terkait pengurangan resiko bencana.
***
Rencananya, kegiatan pendidikan PRB untuk anak usia dini akan dilakukan di beberapa sekolah yang ada di kampung-kampung miskin kota. Hasil dari pendidikan PRB bagi anak usia dini, memang belum terlihat saat ini dan dalam waktu dekat, akan tetapi buah manis dari apa yang dilakukan oleh Shinta dan Amini akan dirasakan di masa mendatang. (frd)